Monthly Archives: March 2009

Agnostikkah Diri Ini?

Keyakinan adalah gaya hidup. Dahulu kala, memeluk agama Kristen atau Islam adalah sebuah tindakan sosial yang rasional. Karena menjadi Kristen atau Islam selalu terkait dengan struktur sosial [siapa kaya, siapa berkuasa] pada suatu masyarakat/zaman tertentu. Kita tahu kedua agama tersebut pernah jaya pada suatu masa di bumi ini. Kristen dan Islam “menggoda” karena ada kuasa politik dan ekonomi di balik ajaran kasih dan keselamatan yang mereka tawarkan.

Lalu, apa atau siapa agnostik itu?

Agnostik, atheis, dan berbagai macam pandangan ketuhanan lainnya adalah “objek” yang terus diperangi oleh manusia modern pada saat ini. Tidak terkecuali para pemuka agama sendiri. Status mereka boleh kita sebut sebagai Kyai, Ustadz, Pendeta, Biksu, dan lain sebagainya, namun mereka juga manusia mengalami krisis ketuhanan yang tak terelakkan walaupun mereka merupakan abdi dari agama yang mereka anut.

Mengenai Agnostik sendiri, Wikipedia menulis, Agnostisisme adalah suatu pandangan filosofis bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu —umumnya yang berkaitan dengan theologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dsb– adalah tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Seorang agnostik mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif pengetahuan tentang “Yang-Absolut”; atau , dapat dikatakan juga, bahwa walaupun perasaan secara subjektif dimungkinkan, namun secara objektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi. Dalam kedua hal ini maka agnostisisme mengandung unsur skeptisisme.

Pengertian lainnya yaitu:

Agnostik adalah paham tentang bahwa di dunia ini memang benar ada suatu kekuatan besar lainnya selain kekuatan manusia. Kekuatan yang transparan, tidak tampak secara fisik, mengatur jalannya alam semesta ini dan tidak dapat dijelaskan dengan akal budi atau logika.

Banyak paham lain tentang agnostik, ada yang berkata bahwa agnostik adalah paham yang mempercayai adanya Kekuatan Besar dan Kekuatan itu adalah seperti ahli pembuat jam yang telah membuat jam begitu sempurna dan presisi serta tidak dapat rusak sehingga Ia berhenti berkreasi saat jam itu selesai dibuat dan mulai bergerak. Paham lain berkata bahwa agnostik adalah paham yang mencari, walau ia percaya akan Kekuatan Besar itu tetapi ia masih mencari apa wujud Kekuatan Besar itu.

Dari kedua pengertian diatas rasanya juga jelas apa yang dimaksud dengan agnostik itu sendiri, dan pertanyaan lainnya adalah, apa kaitan agnostik dengan atheis? Wikipedia menulis:

Agnostisisme tidak sama dengan atheisme. Agnostisisme artinya tidak mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak. Sementara atheisme tidak mempercayai keberadaan Tuhan.

Jadi untuk kata pengantar rasanya sudah lengkap. Agnostik atau katakanlah manusia agnostik sudah merajalela dari tahun ke tahun.

Ada yang ingin saya tanyakan kepada semua orang di Indonesia ini:

  1. Kalau pun Anda seorang muslim, katolik, budhis dan lain sebagainya apakah Anda akan memahami atau akan menjadi seorang agnostik?
  2. Apa yang akan Anda lakukan ketika bertemu dan bergaul dengan seorang yang agnostik dan atheis?
  3. Kenapa Anda mengatakan diri Anda beragama? Apakah karena Anda memang menganut agama dan mempercayai Tuhan? Lalu Tuhan itu seperti apa menurut Anda?
  4. Apakah Anda yakin dengan agama yang Anda anut?
  5. Kenapa Anda menganggap diri Anda justru lebih baik dari orang lain?
  6. Kenapa Anda lebih suka menggosip dan apakah Anda tahu perbuatan tersebut dilarang dalam agama yang Anda anut?

Jawab dan renungkanlah sendiri pertanyaan-pertanyaan saya di atas? Apakah benar Anda seseorang yang beragama, atau ternyata Anda adalah Agnostik?

Tak Kuharap AmpunanMu

Dalam keheningan ini, aku hanya dapat menjejaki hatiku dalam sebuah halusinasi
Menerawang jauh menuju suatu keadaan tanpa makna dan definisi
Kadang hati kecilku bertanya pada akalku, “Sudahkah kau berfikir jernih?”
Kadang akalku yang bertanya pada nurani,” Sudahkah hatimu suci?”

Entah……..
Tak ada jawaban dari keduanya…..hanya perilaku yang terpatri dalam hari-hari
Hanya ucap yang terus membahana di ruang halusinasi
Tanpa tasbih….tanpa takbir……….tanpa tahlil………..
Hanya istighfar yang terus menari

Kunikmati keyakinanku ini…senikmat mencicipi ranumnya buah khuldi
Seperti yang Adam lakukan untuk diri ini
Entah pula kau mau bilang apa….aku hanya ingin kau tahu dan mengerti
Walau tidak kuharapkan pengertianmu atas kenikmatanku ini

Dan aku tidak ingin dihakimi oleh sesamaku
Manusia yang sama bodohnya dan serupa fitrahnya sepertiku
Cukup Tuhan yang kuyakini yang lakukan hal itu
Karena kepadaNyalah aku kembali, bukan kepada surgamu ataupun neraka dalam khayalanmu

Saat ini aku hanya berusaha tersenyum, dengan tulus tentunya
Kepada setiap insan yang kutemui, kepada setiap manusia yang kau pandang sebelah mata
Saat ini aku hanya berusaha baik, kepadanya
Kepada alam yang memberikanku penghidupan dan kehidupan

Entah……………
Aku hanya ingin menerima keterasinganku di dunia ini, fana ataupun abadi
Dan pasti akan kunikmati setiap cercaan dan hinaanmu
Karena tidak ada gunanya aku balik mencerca dan menghina dinakan dirimu

Manusia………kutitipkan senyum tulusku padamu
Semoga hidupmu kan damai karenanya
Semoga matimu kan tenang dalam lingkupnya
Seperti yang aku impikan

Ya…aku ingin mati dengan senyuman tulus di bibirku
Sehingga engkau dan mereka yang menyayangiku tidak perlu menangis
Sehingga engkau dan mereka yang kutinggalkan tidak harus bersedih
Cukuplah engkau menangis untuk kebahagiaan yang kau rasakan
Dan berbagilah padaNya…..walau Dia telah begitu kaya dengan kebahagiaan

Tuhan…kuserahkan diriku padaMu
AmpunanMu atasku tidak kuharapkan, begitupun pertolonganMu
Cukuplah para manusia di sekitarku yang Kau ampuni dan beri pertolongan
Yang aku minta hanya petunjukMu….agar impianku itu dapat tercapai

(02.52 pagi, 20 Februari 2009)

Apa atau Siapakah DiriMu?

Aku berbincang dengan Tuhan tadi malam
Kuhujani Dia dengan begitu banyak pertanyaan
Dan sedikit saja yang aku bagi pada Anda

Tuhan, siapakah Engkau hingga Engkau menyebut diriMu Tuhan?
Tuhan, apakah Engkau hingga hampir seluruh manusia mau menyembahMu?
Tuhan, seberapa patutkah Engkau aku sembah?
Apakah benar Engkau yang menciptakanku? Bukankah aku hasil persetubuhan Ibu dan Ayahku?

Tuhan, sebenarnya enggan aku menyebut namaMu
Entah itu Tuhan Bapa di Surga,
Entah itu Sang Hyang Widhi,
Entah itu Allah,
Entah itu Apapun
Tapi biarlah, hati ini mengendalikan tangan dan mulutku untuk melakukannya

Tuhan, mengapa Engkau terus terdiam?
Seperti berhala-berhala yang diluluhlantakkan Ibrahim
Jawablah pertanyaanku, walau tak kusangsikan indahnya ciptaanMu, kuasanya diriMu

Tuhan, berilah aku petunjukMu, agar aku dapat terus tersenyum tulus kepada manusia-manusia ciptaanMu
Pun agar aku dapat mati dalam keadaan tersenyum
Seperti para martir yang membela diriMu

03.21.09