Di sudut Sindangbarang Jero aku bermalam, bersama sebentuk manusia hampir kaya pengalaman, sebut saja El.
Dalam genangan luka penuh darah, dia bercerita tentang sebuah kisah. Cinta, sebut saja demikian kisah itu. Cinta yang bukan hanya terucap dan terasa pada 14 Februari, tapi cinta dalam setiap detik hidupnya. Cinta yang bukan hanya tentang bulan dan bintang, tapi tentang matahari yang melindungi dan memberi kehidupan pada yang dicintainya. Bukan cinta yang tertuju pada kesempurnaan sang pasangan, tapi cinta akan segenap kurang-lebihnya seseorang yang dicintainya.
Dan dalam genangan luka penuh darah, dicabutnya panah beracun yang ditusukkan sang gelap mata. Namun, tusukannya terlalu dalam, hingga belum kuat ia mencabutnya.
El, sang gelap mata hanya lupa akan menanti pagi bersama.
-
Pencarian Religiusitas
- Agama Agnostik Aku Ampunan anggur berisik bintang catatan perjalanan Cinta kekasih Keluarga Kematian kisah KOIL lingkungan Luka malam Manusia musik pendidikan Pengabdian penyesalan Pertanyaan Petunjuk pria Refleksi ruang vakum sayang Senyum sumpah-serapah Tuhan
August 2011 M T W T F S S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 -
Archives
-
Categories
-
Pages
-
friends
-
Comments
yar on FORGOTTEN – Selangkangan… kenjogame on Apakah Diam Berarti Mati? kenjogame on MATI bukan MATI kenjogame on Aaaaaaaaarrrrrrrrrgggggggggghh… Jual beli alat-alat… on Ternodai Jamblang, Terbelit Ro… -
Twitter Updates
Tweets by ubaidimoka