El

Di sudut Sindangbarang Jero aku bermalam, bersama sebentuk manusia hampir kaya pengalaman, sebut saja El.
Dalam genangan luka penuh darah, dia bercerita tentang sebuah kisah. Cinta, sebut saja demikian kisah itu. Cinta yang bukan hanya terucap dan terasa pada 14 Februari, tapi cinta dalam setiap detik hidupnya. Cinta yang bukan hanya tentang bulan dan bintang, tapi tentang matahari yang melindungi dan memberi kehidupan pada yang dicintainya. Bukan cinta yang tertuju pada kesempurnaan sang pasangan, tapi cinta akan segenap kurang-lebihnya seseorang yang dicintainya.
Dan dalam genangan luka penuh darah, dicabutnya panah beracun yang ditusukkan sang gelap mata. Namun, tusukannya terlalu dalam, hingga belum kuat ia mencabutnya.
El, sang gelap mata hanya lupa akan menanti pagi bersama.

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Leave a comment