aku berkarat seperti besi
setengah mati hidupku belum berarti
aku menghisap malam kelam
aku menatap langit jingga
terasa sangat gelap
dan aku terhenyak diam
tenggelam dalam gelap
terbenam lumpur yang pekat
dan kulihat awan warna perunggu
diam di sini aku duduk menunggu
memberi hati untuk diam sendiri
kuredam amarah dan kubekukan resah
api telah lama terbakar
aku berpijar
ini mesin logamku ini api hidupku
aku percaya kaupun terbakar juga
persetan dengan selarik bait itu
aku ingin kau hadir kembali malam ini temaniku
Dan api amarah pun menggelegak
Memusnahkan kedamaian yang semakin pekat
Lantunan irama digital sampai pada batas maksimum
Menghingarbingarkan ruang sempit berdebu
Dan aku menantangmu kembali
Kan kukoyak isi kepalamu
Kucerai-berai hingga tak ada lagi pikiran tolol dalam otakmu
Dan aku menantangmu kembali
Kan kuhancurkan hatimu
Hingga tak ada lagi kebencian dan kedengkian bersemayam di benakmu
Hening kembali
Hanya suara gendang, gong, bonang, seruling, dan rebab terdengar
Sayup dari degung digital penguasa malam
Hening kembali
Setelah sekian hari berjibaku dengan cengkerama
Setelah sekian jam berkutat dengan derai tawa
Hening kembali
Dalam imaji persenggamaan dua hati manusia berbeda peran
Dalam khayal pertarungan dua kelamin di atas peraduan
Dalam mimpi perselingkuhan mengkhianati tuhan
Aku di sini, berdiri, sendiri, menantangmu
Membunuh setiap berhala pujaanmu
Menghancurkan isi otak bebalmu
Memecah kebekuan hatimu
Membakar api hidupmu
Hening kembali
Damai
Sepi
(KPP Sindangbarang 2, 23 September 2009)