Dan aku merindukan malam,
merindukan dinginnya merasuk kalbu.
Dan aku haus tetesan embun dari kabut semalam
yang menyejukkan kembali hasrat akan dunia
Dan aku merindukanmu wahai api kehidupan
yang merangkai malam dengan siang
yang merajut hati dengan pikiran
Salam,
dari balik rintik hujan
(Situ Bungur, Pk 10.48 WIB – 06 Maret 2010)
Merapat ke sudut kekelaman malam menyingkap kabut yang mengaburkan pandang akan sebuah perwujudan
Perwujudan akan harap, cita, dan impian
Impian akan jalinan erat dua makhluk berbeda peran dalam lingkup cintaNya
Wahai engkau sang makhluk pemilik sebentuk kecil keindahanNya
Wahai engkau yang selayak embun di keringnya siang
Wahai engkau sang api kehidupan
Masihkah engkau pancarkan pijar merefleksikan keindahan yang menyejukkan?
(Situ Bungur, Pk. 00.34 WIB – 06 Maret 2010)
Diam
Hening
Sunyi
Tenang
Menikmati kelebatan senyummu dalam pejamku
Menggauli harum wangi tubuhmu dalam khayalku
Mencumbu lembut sentuhan hangat kasihmu dalam mimpiku
Diam
Hening
Sunyi
Tenang
Aku terdiam, terpekur dalam refleksi menggali kedalaman hati
Mengais serpihan-serpihan asa
Berharap terangkai kembali dalam rajutan benang cintaNya
Aku di sini terdiam, bersimpuh dalam pinta dan doa
Membuai diri menikmati syahdu keheningan malam bersama pancar sinarmu
Menerawang kesunyian berharap ada sebait asa melantun dari hatimu
Hingga aku terlelap dalam tenang dan menyapamu dalam tidurku